Majelis Taklim Zainabiyah Solo Gelar Milad Imam Ali Ar – Ridha

Solo AthiaNews.com | Alquran surah An Nahl ayat 125 menyebutkan, serulah (manusia) ke Jalan Tuhanmu dengan Hikmah dan pengajaran yang baik, serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik.

Begitu antara lain isi tausyiah Direktur RausyanFikr Institute, pengasuh pondok pesantren Mahasiswa Madrasah Muthahhari Yogyakarta, A.M.Safwan pada refleksi Milad Wiladah (perayaan kelahiran) Imam Ridha di Majelis Zainabiyah Solo, Jumat 9 Mei 2025.

Majelis Taklim (MT) Zaenabiyah Solo, adalah sebuah lembaga yang lebih kedepankan pada giat sosial kemasyarakatan,  secara konsisten adakan juga acara peringatan hari hari suci dalam Islam.

Jum’at 9 Mei lalu itu, bertempat di jl. Serayu 45 Semanggi Solo, majelis ini adakan peringatan MILAD Imam Ali Ar Ridha as. Bagi masyarakat awam, tentu masih akan muncul tanya dibenak mereka,  siapakah Imam Ali Ar Ridha as itu ?

Hingga hari kelahirannya diperingati sedemikian khusyu’ dan sakralnya, yang disini oleh MT Sosial Zaenabiyah- Solo.

Sekilas tentang Imam Ali Ar Ridha (untuk kemudian ditulis Imam Ridha red). Imam Ridha adalah Imam ke 8 dalam Mazhab Syiah Itsna Asyariyah. Salah satu aliran utama dalam Syi’ah yang mempercayai tentang 12 Imam.

Yang mana kedua belas Imam tersebut diyakini sebagai  penerus kepemimpinan setelah Nabi Muhammad Saw.  Imam Ridha putra dari Imam Musa Kadzim as,  ayah dari Imam Muhammad Jawad as.

Ibu Imam Ridha as bernama Taktam, yang dijuluki Ummul Banin. Imam Ridha adalah satu-satunya Imam yang makam sucinya diluar negara2 Arab. Makam suci beliau adalah di Masyhad, Khurasan Iran.

Oleh karena itu, beliau as dijuluki Imam yang terasing, karena beliau diasingkan ke Khurasan Iran  oleh raja Abbasiyah Al-Makmun

Kembali ke peringatan Milad Imam Ridha di Zaenabiyah – Solo.  Ketika jarum jam menunjuk di angka 19.45 wib,  Bp. Taufik selaku MC mulai bacakan susunan acara malam itu.  Setelahnya, Sayyid Husain Abdillah bacakan ayat ayat Suci dengan sebegitu khusyu’ hingga semua yang hadir menjadi khidmat karenanya ..

Tausyiah yang merupakan acara inti pada peringatan Milad Imam Ridha ini dibawakan oleh AM Safwan dari Yogyakarta. Beliau adalah Direktur Rausyanfikr Institute, Pengasuh Pondok  Pesantren Mahasiswa Madrasah Muthahhari Yogyakarta.

Point dari penjelasan beliau dalam tausiyahnya adalah sbb, Al Qur’an surat An Nahl ayat 125, menjelaskan bahwa dalam hidup beragama mengaitkan setiap orang dgn Tuhan bisa dilakukan dgn bbrp cara.

Dicontohkan dalam bahasa akademik bisa lewat filsafat (hikmah), bisa dengan tasawuf (nashi dan kisah2), bisa pula lewat kalam (akidah) tergantung situasi dan kondisi penyeru dan yang diseru.

Berdasar ayat ini, beliau berusaha memahami kisah kehidupan Ahlulbait Nabi Muhammad Saw yakni keturunannya yang suci Imam Ridha as.

Imam Ridha yang hidup pada masa pemerintahan dinasti Al Makmun Abasi (Abbasiyah), menyikapi permintaan Raja Makmun yang menjadikannya sebagai Putra Mahkota dengan pertimbangan tentang manfaat dan mudharatnya terhadap Islam apabila menerima atau menolak tipu daya Raja Makmun.

Imam Ridha ajukan persyaratan dalam menerima permintaan Makmun untuk hanya dijadikan sebagai simbol saja karena beliau tidak ingin terjebak dalam politisasi Makmun terhadap peran kepemimpinan Ahlulbait nabi, yang akan dituduh tidak konsisten dengan logika Ahlulbait bahwa dinasti Abbasiyah bukanlah kekuasaan yang sah secara Illahiah.

Pertimbangan menyelamatkan masyarakat merupakan dasar Imam Ridha menerima tawaran sebagai Putra Mahkota dengan diikuti persyaratannya tadi.

Dalam tausiyahnya tersebut, beliau juga menekankan inti apakah bertaqiyah atau tidak adalah hak, tapi kewajibannya adalah menjaga kesinambungan keberlangsungan pesan kenabian dipastikan terjaga ditengah masyarakat.

Beliau menyampaikan bahwa gerakan sejati adalah ada pada majelis keilmuan. Dan majelis dinyatakan nya sebagai lebih kuat dr sebuah organisasi karena faktor kekuatan alamiahnya.

Menurut Direktur Rausyanfikr Institute ini apa yang telah dilakukan MT. Sosial Zaenabiyah dengan giat giat sosialnya adalah sebuah subtansi, seperti yang  diajarkan untuk mendekatkan hubungan kita pada masyarakat sebagai sebuah kewajiban atas pemahaman bahwa masyarakat adalah saudara kita. Bahkan mereka adalah kita.

Menjelang penutup beliau sampaikan juga tentang penting nya Gen Z yang lebih berpotensi selama kita bisa menemani potensi mereka untuk memahamkan tentang ajaran ajaran dengan menyesuaikan cara perkembangan pola berpikir mereka yang lebih membutuhkan sebuah kepastian.

Selepas tausyiah, Ustadz Faqih Al hurr bacakan doa ziarah diikuti seluruh yang hadir pada peringatan Milad Imam Ridha malam itu dengan posisi berdiri yang dimaksudkan sebagai sebuah penghormatan.

Peringatan Milad Imam Ridha malam itu ditutup dengan pembagian door prize untuk meriahkan suasana, dan makan malam yang digelar di dua meja besar terpisah itu menutup peringatan Milad Imam Ridha pada Jum’at 9 Mei malam lalu. (Athia).

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *